Setelah Faidrus selesai dengan pidatonya yang memuji Eros habis-habisan, giliran Pausanias yang angkat bicara. Nah, Pausanias ini sepertinya merasa pujian Faidrus tadi terlalu sederhana. Menurutnya, kita tidak bisa mengatakan semua jenis cinta itu otomatis baik dan layak dipuji. Harus dibedakan dulu!
Menurutt Pausanias, sebenarnya ada dua jenis Eros atau Cinta. Pembagian ini berdasarkan pada keberadaan dua dewi cinta: Afrodit.
- Eros Pandemos (Cinta Badan): Cinta jenis ini diasosiasikan dengan Afrodit Pandemos. Dia adalah sosok Afrodit yang lebih muda, lahir dari pasangan Zeus dan Dione. Cinta ini, kata Pausanias, adalah cinta "kelas bawah". Kenapa? Karena fokusnya cuma pada kepuasan fisik semata. Orang yang dipengaruhi cinta ini tidak pandang bulu. Dia bisa mencintai perempuan maupun laki-laki muda. Yang penting buatnya hanyalah pelampiasan nafsu badani, bukan kualitas jiwa atau kecerdasan pasangannya. Cinta jenis ini juga biasanya tidak langgeng. Begitu daya tarik fisik memudar, cintanya pun ikut hilang.
- Eros Urania (Cinta Jiwa): Nah, ini jenis cinta yang menurut Pausanias patut dipuji. Cinta ini berasal dari Afrodit Urania. Dia adalah sosok Afrodit yang lebih tua, lahir dari Uranus saja, tanpa ibu. Karena kelahirannya murni dari unsur maskulin, Eros Urania ini juga sifatnya murni maskulin. Artinya, cinta ini hanya ditujukan pada laki-laki muda. Cinta surgawi ini tidak fokus pada badan, tetapi pada jiwa, kecerdasan, dan potensi kebajikan sang pemuda. Tujuannya bukan sekadar kepuasan sesaat. Cinta ini bertujuan membangun hubungan yang langgeng, saling mendidik, dan mendorong kedua belah pihak (kekasih dewasa dan pemuda) untuk mencapai keutamaan.
Setelah membedakan dua jenis cinta, Pausanias kemudian membahas bagaimana hukum dan adat di berbagai kota Yunani mencerminkan pandangan ini. Dia secara khusus memuji adat Atena yang dia anggap lebih kompleks dan bijaksana dibandingkan tempat lain.
Menurutnya, di Atena, hubungan cinta antar pria (khususnya jenis Urania) tidak serta merta dibolehkan atau dilarang begitu saja. Sebaliknya, ada semacam "ujian" tersendiri untuk menilai kualitas hubungan tersebut, tidak seperti di beberapa daerah lain yang aturannya lebih simpel (entah melarang total atau membolehkan tanpa syarat).
Agar dianggap mulia di Atena, sang kekasih dewasa harus membuktikan niat tulusnya untuk mendidik dan mengembangkan kebajikan sang pemuda. Di sisi lain, sang pemuda sebaiknya tidak mudah luluh hanya karena iming-iming materi atau kekuasaan. Penyerahan diri sang pemuda menjadi terhormat jika dia semata-mata ingin belajar kebajikan dari kekasihnya. Hanya jika hubungan itu dijalin demi kebajikan bersamalah, hubungan tersebut layak disebut mulia.
Jadi, kesimpulan pidato Pausanias adalah: Eros itu tidak satu, tetapi dua. Kita harus bisa membedakan antara cinta badan yang rendah (Pandemos) dan cinta jiwa yang luhur (Urania). Masyarakat sebaiknya mendorong jenis cinta yang kedua ini, yang fokus pada pengembangan karakter dan kecerdasan.